Monday 25 June 2012

Misteri Rumah Gedongan (Karya : Joko Indiarto dan Riski Aulia Ramadhan )


Sore itu matahari mulai tampak tenggelam dan digantikan oleh kegelapan malam yang disinari oleh cahaya lampu rumah penduduk. Udara yang dingin menggelayuti tubuhku, maklumlah saat ini adalah musim dingin.  Dari mulut kemulut tersebarlah isu bahwa malam ini adalah malam yang penuh dengan keganjilan. Di atas permukiman penduduk terlihatlah sekelompok burung gagak hitam yang sedang berterbangan sembari menjerit dengan sayup-sayup suara yang penuh dengan aura mistis. Angin yang mendesir pepohonan seakan hembusan suara nafas makhluk besar yang menambah aura mistis petang itu.

                Petang telah berganti malam,  menambah suasana yang mencekam. Terlihatlah rumah besar milik juragan meubel yang menurut isu, tewas bunuh diri 1 tahun yang lalu karena usahanya bangkrut dan meninggalkan banyak hutang. Rumah besar itu sangat kotor dan mulai banyak lumut mengotori dinding dan alang-alang tumbuh di halaman rumah itu. Bagai tak ada cahaya setitikpun, rumah itu selalu dipenuhi kegelapan. Sudah sering warga sekitar melihat secara sekilas penampakan berbagai wujud hantu yang konon katanya bersarang di rumah besar itu. Tersiar kabar juga bahwa kepala juragan tersebut di kubur tepat dibawah lukisan juragan. Apalagi dulu ada orang yang menurut penduduk sekitar ingin berbuat yang tidak baik di rumah itu. Namun sampai sekarang orang itu tidak pernah keluar dan dikiranya dia telah mati di dalam karena dibunuh oleh penunggu rumah itu. Entah itu hanya isapan jempol belaka atau memang benar adanya.

***

                Oh iya, aku sampai lupa,perkenalkan namaku Rama, aku masih berstatus sebagai mahasiswa baru di sebuah universitas di Bandung. Aku mulai menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa disini sejak 1 bulan yang lalu dan ditemani oleh 2 sahabat sejatiku, Rino dan Santi. Kami bertiga bersahabat sejak SMA. Meskipun kehidupanku sama si Rino jauh lebih maju dibandingkan Santi, tapi hal itu tak membuat persahabatan kami hancur cuma gara-gara perbedaan itu.

Ketika itu,saat malam, aku sedang bersama sahabatku Rino dan si cantik Santi yang bertolak pulang ke kostan kami masing-masing. Kostan kami tidak begitu jauh jaraknya dengan tempat kuliah. Kami pulang dari kampus karena tadi masih ada kuliah malam. Kami berjalan mengitari jalan belakang kampus yang memang dimana tidak biasa kami lewati, karena rasa penasaran kami akan kabar itu. Kami bertigapun melintasi rumah gedongan itu. Seketika itu sifat jailku muncul. Aku menggoda si rino dengan isu-isu yang beredar tentang rumah gedongan itu. Sejak tadi aku melihat wajah Rino yang pucat karena ketakutan. Ternyata aku berhasil dan kini Rino semakin takut dan terus berada dibelakangku sambil memegang pundaku.

                “iihhhh, rino, loe apa-apan sich? kalian berdua tuh kayak orang maho aja deh.” Celoteh santi
                Akupun sentak memukul tangan Rino yang ada di pundakku.
                “apaan tuh maho, san?” tanya Rino.
“itu loh cowok sama cowok yang saling suka” , ungkapku.
“hiii, gue emang takut sama hantu. Tapi gue lebih takut lagi sama orang yang kayak gituan” kata Rino.

                Perjalanan pulang pun kami lanjutkan. Tiba-tiba suasana didepan rumah Gedongan itu seperti menjadi terasa sunyi dan hampa. Tak ada aktivitas yang menandai kehidupan disana. Hal itu membuat ketertarikan Santi yang berada di sebelah kiriku, penasaran akan mitos yang beredar. Sesaat itulah ia melirik kedalam jendela rumah gedongan itu dan merasa ada yang ganjil. ”keehhck,kecchk,kecchkk” Tiba-tiba dari jendela rumah itu munculah seekor  kelelawar raksasa yang sekilas melintas di hadapan kami, dan seketika menabrak hingga mengenai wajah Santi hingga dia kaget dan langsung jatuh pingsan. Aku dan Rino pun berusaha menyadarkan Santi sampai berkali-kali, tetapi dia tak sadar juga. Kami lantas kebingungan untuk menyadarkannya. Selintas terbentang dipikiranku, kalau enaknya si Santi aku beri nafas buatan,dan akupun melakukan tindakan tersebut. Eh,, tapi apa yang terjadi ??? “plak”,Santi menampar pipiku yang tepat ada dipandangannya.

 “ahahahaha,syukurin kamu”,ujar Rino meledekku. 

Setelah itu, Santi langsung memegang tanganku dan tangan Rino. Dia menyeret kami berdua agar kami segera bergegas meninggalkan tempat itu. Belum sempat kami pergi,tiba-tiba angin malam berhembus dengan derasnya. Pohon yang ada didepan gedongan itu sampai melenggak-lenggok dan daunyapun sempat berguguran. Kami terheran-heran, padahal dikejauhan tak tampak pepohonan yang bergoyang.Tubuhku semakin terasa merinding saja. Tanpa pikir panjang lagi kamipun beranjak pergi dari tempat itu. Kami berjalan cepat agar cepat sampai ke kost dengan selamat.
                                                                *********

 Keesokan paginya aku datang kekostan Rino yang jaraknya hanya sekitar 20 meter saja dari kostanku.
Rino, ,,,, Rino,,,,  Rino !!!! teriakku.
Apaan si ???? biasa aja kali. Kuping gue masih sehat, gak kayak loe. Ngapain loe kesini ??” sahut Rino.
Biasa , enaknya kita maen ke kostan Santi yuk ???. ajakku .
Okay,,,,,. Sahut Rino

Aku dan Rino langsung menuju ke kostan Santi dengan berjalan kaki yang dimana kostannya tepat di gang sebelah kostan rino. Saat tiba di kostan Santi, eh,  malah dianya gak ada di kostan padahal gue sama Rino udah teriak di depan kamar kostannya sampek tenggorokan kering .Tapi kata bu kostnya,  si Santi keluar cari sarapan dekat kampus.

Ku telusuri jalan protokol tepat di depan kampus. Aku dan Rino menengok ke kanan kiri jalan. Setelah agak lama ku susuri akhirnya ketemu juga si Santi yang lagi makan di warung emperan. Kamipun masuk dan menjumpainya.

“Santi, kita cari-cari’in ternyata kamu lagi enak-enakan disini.” Ucap Rino.
“Eh,lo berdua ngapain kesini ???????? tanya Santi.
“ ehehehe, kita mau ajak lho jalan-jalan. Gimana ??, mumpung masih pagi nih” ujarku.
“ oh begitu, tapi tunggu bentar iya, gue sarapan dulu.” Santi menjawab
“kayaknya enak tu siomay, traktirin kita dong ? kita belum makan ni” canda si Rino.
“enak aja, kan kalian anaknya orang kaya. Beli aja ndiri” sahut Santi. 
“gue gak kaya, yang kaya itu orang tua kita.Tapi bener juga sih kalo’ katamu aku kaya, tapi kayak-kayaknya kamu jadi kekasihku. Ucap gombalanku.
“ehhhh, ya dah. Sebagai sahabat gue traktirin” ucap Santi.
“ aku juga donk, aku kan suka makan” pinta Rino.
                “ ok deh makan sepuas kalian tapi ada syaratnya loh” jawab Santi.
 “ pa’an ?? “ Tanya aku dan Rino.
                “ Nanti aja deh,kita makan dulu aja. Tapi janji iya” suruh Santi.
                “ ok dah, kita janji.” Ujar kita berdua.

Makan kami pun selesai. Kami bertiga jalan-jalan mengitari indahnya pagi kota Bandung yang sejuk itu maklumlah lagi mendung jadi sejuk. Selang 20 menit berjalan, kami akhirnya memutuskan berhenti sejenak  di salah satu taman yang sangat dikenal masyarakat kota kembang ini. Suasana taman itu sangat ramai. Di tengah kesenangan kami itu, si Santi saat itu menagih syarat.

“eh, gimana tadi siomay-nya. Enak ????“ kata Santi.
“eenakk banget san, tapi lebih enak kalo kita berdua pacaran.” ujarku.
“duuchh, lho itu Ram. Eh,paling kalian lupa sama syaratku tadi” ucap Santi
Rino lantas menjawab,“enak aja, kita tidak lupa kok. Emangnya lo kira kita udah pikun.Apa syaratnya ???”
“Syaratnya adalah, kita bertiga berpetualang ke rumah gedongan itu. Soalnya aku masih penasaran akan kejadian kemarin itu. Gimana, mau gak kalian ?” ujar Santi.

Raut wajah Rino seketika menjadi pucat dan menampakan ekspresi  bertanya-tanya. Kalau aku lihat si mereka tidak akan mau namun bagaimana lagi, kan mereka udah janji tadi.

“Besok ya, kita ke rumah gedong itu??? Mumpung besok gak ada kuliah malam.” kata Santi
 “ Gila loe San, besok kan malam jumat kliwon” bantahku.
 “Jangan besok San, plis…..” kata si Rino.
“pokoknya gak bisa !!!!!!! gue penasaran tau
” pinta Santi dengan suara keras dan mata melotot.           
“baiklah,sebagi lelaki sejatimu aku mau San. Tapi si Rino gimana ????” ucapku.
Rino pun menjawab “ jangan lah San, udah tau kan kalo kemarin kita udah kayak gitu. Masak sih lho gak kapok-kapok.”
                “egak lah No, Udah ikut aja. Lho kan cowok lagian kita kan sahabatan.” Ucap Santi

                Setelah lamanya kami disana, akhirnya kami memutuskan untuk tetap ke rumah gedongan itu besok hari. Dan kemudian kami pulang ke kostan masing-masing dan Santi berpesan kepada ku dan Rino agar  tidak mengingkari janji.

***
Keesokan harinya sehabis pulang dari kuliah, kami langsung bertolak ke kostan kami dan segera bergegas pergi ke gedongan itu dengan berjalan kaki. Peralatan yang kami bawa senter, makanan biasalah rino suka kelaparan, kitab suci, kamera, dan apapun yang kami perlukan. Sebelum kami masuk ke rumah itu kami membaca basmalah agar selamat. Kami baru masuk di pintunya, bulu kudukku semua sudah berdiri pertanda rumah ini sangat angker dan banyak mahluk ghaibnya. Memang rumah ini sangat besar namun sudah lama tak ditempati jadi udara di dalamnya pengap dan atap rumahnya sudah pada rusak. Tiba-tiba ada bunyi,,,,,,

“tolong ,,,, tolong ,,,”“suara apaan tu Ram?” Tanya Santi.
“TV kali,,,” candaku dan kemudian aku berkata “jika kamu memang ada tampakkanlah wujudmu dihadapan kami wahai makhluk penunggu rumah ini”.

 Kemudian sebuah kain putih muncul dari balik pintu dan disertai bau anyir. Tampaklah seorang gadis berambut panjang dan berkata,

Ada apa kalian kesini??” Tanya makhluk itu.
“Ka…. Ka… ka kam kam kami kesini hanya ingin mencari tahu tentang kebenaran akan adanya hal gaib di rumah ini” jawab Santi dengan terbatah-batah.“Kamu sebetulnya siapa ??” tanyaku .
“Akulah sang Pemilik Rumah ini” kata mahkluk itu.

                Aku dan Santi semakin merinding dengan adanya hal itu. Jadi, nyesel aku nantangin mahkluk itu. Karena melihat wanita yang ternyata hantu, kami segera berlari menuju pintu untuk keluar. Tapi pintu itu tiba-tiba tertutup dan terkunci dari luar dengan sendirinya. Kami berusaha lari ketempat yang bisa dipakai sebagai jalan keluar, namun kami menemui kendala. Semua akses jalan keluar tertutup rapat dari luar. Kami panik mencari jalan keluar ataupun tempat untuk berlindung. Aku, Santi dan Rino komat kamit membaca bacaan ayat-ayat suci berharap mahkluk itu bisa kepanasan  dan pergi menjauh dari kami. Kemana pun kami pergi selalu saja mahkluk itu bisa menjumpai kami. Akhirnya timbul lah rasa putus asa dibenak pikiran kami. Aku berinisiatif untuk berbicara kepadanya.

“apa maumu wahai wanita penunggu rumah ini?”. Ucap kami.
“Aku hanya ingin dimakamkan dengan layak” ujarnya. “
 Baiklah aku akan mencari jasadmu” kataku.
 “Sebelumnya aku berterimakasih kepada kalian” cetusnya. Lalu mahkluk itu pergi.

                Lalu kami bertiga mulai mencari mayat mahkluk wanita tersebut. Di sebuah gudang bekas meubel  terdapat tumpukan kayu-kayu yang telah termakan usia. Di sana kami mencium aroma busuk seperti bangkai. Kami mulai menggeledah isi gudang tersebut. Gudang itu sangat gelap, lembab dan penuh dengan debu yang menghiasi gudang tersebut. Di dalam sana kami mencari jasad wanita juragan meubel yang telah bunuh diri itu. Sebuah tumpukan kayu yang mencurigakan. Kami ingin tahu apa yang ada di dalam tumpukan itu. Bau busuk menjadikan kami semakin yakin bahwa tumpukan itu berisi jasad si juragan meubel yang telah tewas itu. Kami temukan sebuah tongkat besi yang kami temukan di sekitar tumpukan kayu yang membantu kami mengorek tumpukan itu.Satu persatu kayu tumpukan itu bisa terpisahkan. Kain putih kotor yang bernoda merah seperti darah tampak muncul dari dalam tumpukan yang telah kami korek itu.

Perlahan-lahan kain putih itu berubah menjadi sebuah gundukan yang mencurigakan. Dengan tangan gemetar gundukan itu aku buka dan betapa kami terkejut saat kami mendapati gundukan itu berisi wajah dan tubuh seorang yang kami curigai sebagai juragan yang tewas karena bunuh diri itu. Namun kami mencurigai adanya sebuah luka seperti tusukan di punggung atas sebelah kanan yang berlumuran darah yang telah mengering. Baru kami sadari wanita itu tidak tewas bunuh diri ternyata wanita tersebut telah di bunuh oleh seseorang yang tidak kami ketahui. Kami bingung mencari sesuatu alat untuk menggali tanah. Aku menemukan sebuah sekop meskipun sudah berkarat dan termakan usia tapi masih bisa di gunakan untuk menggali tanah. Aku mempunyai ide untuk menggali tanah di taman belakang rumah gedongan tersebut. Aku, Rino dan Santi menggali tanah hingga selesai membutuhkan waktu 3 jam lebih dan pada saat itu jam sudah menunjukan jam 2 dini hari.

 “ Ram, apa kita setelah memakamkan wanita ini kita bisa keluar dari rumah ini ? “ Tanya Rino yang sudah putus asa. “ gue juga gak tau Rin, menurut loe gimana ?” ujarku. “ e,,, loe ini gue tanya malah tanya balik, gimana sih loe ?? kita coba sajalah, mungkin kita bisa keluar dari sini” kata Rino. “iyalah maka dari itu lebih cepat agar kita bisa cepat pulang dan tidur” jawabku. Kami bekerja sama mengangkat tubuh wanita tersebut meskipun Santi muntah-muntah karena tidak tahan dengan aroma busuk dari jasad tersebut. Setelah itu kami makamkan jasad wanita tersebut dengan layak dan tidak lupa kami doa kan. Santi pun mengajak aku dan Rino agar cepat-cepat untuk keluar dari rumah gedongan itu. Namun saat tiba di depan pintu, pintunya tetap tidak bisa di buka.
“ Ram, ram, ram gimana ni ?? kita tetap saja tidak bisa keluar“ ujar Santi sambil menangis. “ sabar San ! , pasti kita bisa keluar dari rumah gedongan ini. “ dengan tidak sabarnya akhirnya aku menendang pintu tersebut “ brokz , pintunya masih rapat-rapat tertutup dan aku coba sekali lagi brok akhirnya pecah juga ni pintu. Pikirku kenapa kok gak gue coba ya dari tadi. Tertawa sendiri dalam pikiranku hahaha. Kami bertiga pun pulang ke kostan kami. Aku sampai kostanku jam 4 pagi aku pun tidak langsung tidur lebih baik menunggu waktu adzan subuh . setelah selesai sholat aku pun tidur dan setelah bangun tak kurasa ku bangun jam 2 siang. Tak ada yang membangunkanku sama sekali. Semua kisah petualangan kami bertiga itu tidak kami ceritakan ke siapa pun, karena kami tidak mau berurusan dengan hal tersebut lebih panjang lagi.

***

Cerita yang beredar di masyarakat tentang majikan pemilik meubel tersebut yang konon katanya majikan tersebut tewas bunuh diri dan arwahnya bergentayangan mengitari rumah tersebut. Kami telah membuktikan bahwa majikan wanita tersebut telah tewas di bunuh oleh seorang yang tidak di kenal. Aku, Rino dan Santi telah sepakat agar tidak menceritakan pengalaman kami ke siapa pun sampai akhir hayat. Biarlah mistis tetap menjadi mistis.

No comments: