Terjungkal Akibat Ibu
Oleh : Joko Indiarto
Pagi hari aku bangkit dari tempat
tidur, kubuka jendela kamarku terlihat di luar masih gelap. Udara pegunungan
yang masih begitu dingin. Maklum saja rumahku berada di pegunungan mungkin
kalau orang jakarta bilang tempat tinggalku seperti puncak di bogor yang
udaranya yang masih. Udara dingin membuatku Timbul rasa ingin kembali ke tempat
tidur, tapi apa daya aku harus menjalani rutinitasku sebagai pelajar. Aku anak
yang rajin, setiap sebelum tidur aku persiapkan hal yang aku butuhkan di
sekolah. Tidak seperti temanku yang rumahnya dekat dengan sekolah menyiapkan
peralatan sekolahnya bisa di pagi hari, sedangkan aku kalau ada barang yang
tertinggal aku bisa repot. Tidak ada yang mau mengantarkan barangku yang
tertinggal. Maklum rumahku sekitar 25 menitan kesekolah jika ditempuh dengan
kecepatan 60 KM/Jam. Setelah selasai mandi dengan seragam yang rapi dan wangi. Aku
keluar kamar.
“Pit... pit....” panggil ibuku. “enten nopo bu?” jawabku.
“ini sarapannya sudah siap” kata ibuku . “Iya aku
makan” kataku.