Sore itu matahari
mulai tampak tenggelam dan digantikan oleh kegelapan malam yang disinari oleh
cahaya lampu rumah penduduk. Udara yang dingin menggelayuti tubuhku, maklumlah
saat ini adalah musim dingin. Dari mulut
kemulut tersebarlah isu bahwa malam ini adalah malam yang penuh dengan
keganjilan. Di atas permukiman penduduk terlihatlah sekelompok burung gagak hitam yang sedang
berterbangan sembari menjerit dengan sayup-sayup suara yang penuh dengan aura
mistis. Angin yang mendesir pepohonan seakan hembusan suara nafas makhluk besar
yang menambah aura mistis petang itu.
Petang
telah berganti malam, menambah suasana
yang mencekam. Terlihatlah rumah besar milik juragan meubel yang menurut isu, tewas
bunuh diri 1 tahun yang lalu karena usahanya bangkrut dan meninggalkan banyak hutang.
Rumah besar itu sangat kotor dan mulai banyak lumut mengotori dinding dan alang-alang
tumbuh di halaman rumah itu. Bagai tak ada cahaya setitikpun, rumah itu selalu
dipenuhi kegelapan. Sudah sering warga sekitar melihat secara sekilas
penampakan berbagai wujud hantu yang konon katanya bersarang di rumah besar
itu. Tersiar kabar juga bahwa kepala juragan tersebut di kubur tepat dibawah
lukisan juragan. Apalagi dulu ada orang yang menurut penduduk sekitar ingin
berbuat yang tidak baik di rumah itu. Namun sampai sekarang orang itu tidak
pernah keluar dan dikiranya dia telah mati di dalam karena dibunuh oleh
penunggu rumah itu. Entah itu hanya isapan jempol belaka atau memang benar
adanya.
Oh
iya, aku
sampai lupa,perkenalkan namaku Rama, aku masih berstatus sebagai mahasiswa baru di sebuah
universitas di Bandung. Aku mulai menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa
disini sejak 1 bulan yang lalu dan ditemani oleh 2 sahabat sejatiku, Rino dan
Santi. Kami bertiga bersahabat sejak SMA. Meskipun kehidupanku sama si Rino
jauh lebih maju dibandingkan Santi, tapi hal itu tak membuat persahabatan kami
hancur cuma gara-gara perbedaan itu.
Ketika itu,saat malam,
aku sedang bersama sahabatku Rino dan si cantik Santi yang bertolak pulang ke kostan kami
masing-masing. Kostan kami tidak begitu jauh jaraknya dengan tempat kuliah. Kami
pulang dari kampus karena tadi masih ada kuliah malam. Kami berjalan mengitari
jalan belakang kampus yang memang dimana tidak biasa kami lewati, karena rasa penasaran kami
akan kabar itu. Kami bertigapun melintasi rumah gedongan itu. Seketika itu
sifat jailku muncul. Aku menggoda si rino dengan isu-isu yang beredar tentang
rumah gedongan itu. Sejak tadi aku melihat wajah Rino yang pucat karena
ketakutan. Ternyata aku berhasil dan kini Rino semakin takut dan terus berada
dibelakangku sambil memegang pundaku.
“iihhhh, rino, loe apa-apan
sich? kalian berdua tuh kayak orang maho aja deh.” Celoteh santi
Akupun sentak memukul tangan
Rino yang ada di pundakku.
“apaan tuh maho, san?” tanya Rino.
“itu loh cowok sama cowok yang saling suka” , ungkapku.
“hiii, gue emang takut sama hantu. Tapi gue lebih takut lagi sama orang
yang kayak gituan” kata Rino.
Perjalanan
pulang pun kami lanjutkan. Tiba-tiba suasana didepan rumah Gedongan itu seperti menjadi
terasa sunyi dan hampa. Tak ada aktivitas yang menandai kehidupan disana. Hal
itu membuat ketertarikan Santi yang berada di sebelah kiriku, penasaran akan mitos yang beredar. Sesaat itulah ia melirik
kedalam jendela rumah gedongan itu dan merasa ada yang ganjil. ”keehhck,kecchk,kecchkk” Tiba-tiba dari
jendela rumah itu munculah seekor kelelawar raksasa yang
sekilas melintas di hadapan kami, dan seketika menabrak hingga mengenai wajah Santi
hingga dia kaget dan langsung jatuh pingsan. Aku dan Rino pun berusaha
menyadarkan Santi sampai berkali-kali, tetapi dia tak sadar juga. Kami lantas kebingungan
untuk menyadarkannya. Selintas terbentang dipikiranku, kalau enaknya si Santi aku beri nafas
buatan,dan akupun melakukan tindakan tersebut. Eh,, tapi apa yang terjadi ???
“plak”,Santi menampar pipiku yang tepat ada dipandangannya.
“ahahahaha,syukurin kamu”,ujar
Rino meledekku.
Setelah itu, Santi
langsung memegang tanganku dan tangan Rino. Dia menyeret kami berdua agar kami
segera bergegas meninggalkan tempat itu. Belum sempat kami pergi,tiba-tiba
angin malam berhembus dengan derasnya. Pohon yang ada didepan gedongan itu
sampai melenggak-lenggok dan daunyapun sempat berguguran. Kami terheran-heran,
padahal dikejauhan tak tampak pepohonan yang bergoyang.Tubuhku semakin terasa
merinding saja. Tanpa pikir panjang lagi kamipun beranjak pergi dari tempat
itu. Kami berjalan cepat agar cepat sampai ke kost dengan selamat.
*********
Keesokan paginya aku datang
kekostan Rino yang jaraknya hanya sekitar 20 meter saja dari kostanku.
“ Rino, ,,,,
Rino,,,, Rino !!!! teriakku.
“Apaan si ???? biasa aja kali. Kuping gue masih sehat, gak kayak loe. Ngapain
loe kesini ??” sahut Rino.
“Biasa , enaknya kita maen ke kostan Santi yuk ???. ajakku .
“Okay,,,,,.” Sahut Rino
“Okay,,,,,.” Sahut Rino
Aku dan
Rino langsung menuju ke kostan Santi dengan berjalan kaki yang dimana kostannya
tepat di gang sebelah kostan rino. Saat tiba di kostan Santi, eh, malah dianya gak ada di kostan padahal gue sama
Rino udah teriak di depan kamar kostannya sampek tenggorokan kering .Tapi kata bu kostnya, si Santi keluar cari sarapan dekat kampus.
Ku
telusuri jalan protokol tepat di depan kampus. Aku dan Rino menengok ke kanan kiri jalan. Setelah agak lama ku
susuri akhirnya ketemu juga si Santi yang lagi makan di warung emperan. Kamipun
masuk dan menjumpainya.
“Santi, kita cari-cari’in ternyata kamu
lagi enak-enakan disini.” Ucap Rino.
“Eh,lo berdua ngapain kesini ???????? tanya Santi.
“ ehehehe, kita mau ajak lho jalan-jalan.
Gimana ??,
mumpung masih pagi nih” ujarku.
“ oh begitu, tapi tunggu bentar iya, gue
sarapan dulu.” Santi menjawab
“kayaknya enak tu siomay, traktirin kita dong ? kita
belum makan ni” canda si Rino.
“enak aja, kan kalian anaknya orang kaya.
Beli aja ndiri” sahut Santi.
“gue gak kaya, yang kaya itu orang tua
kita.Tapi bener juga sih kalo’ katamu aku kaya, tapi kayak-kayaknya kamu jadi
kekasihku. Ucap gombalanku.
“ehhhh, ya dah. Sebagai sahabat gue
traktirin” ucap Santi.
“ aku juga donk, aku kan suka makan” pinta
Rino.
“ ok deh makan sepuas kalian
tapi ada syaratnya loh” jawab Santi.
“ pa’an ?? “ Tanya
aku dan Rino.
“ Nanti aja deh,kita makan dulu
aja. Tapi janji iya” suruh
Santi.
“ ok dah, kita janji.” Ujar kita
berdua.
Makan kami pun selesai. Kami bertiga jalan-jalan
mengitari indahnya pagi kota Bandung yang sejuk itu maklumlah lagi mendung jadi
sejuk. Selang 20 menit berjalan, kami akhirnya memutuskan berhenti sejenak di salah satu taman yang sangat dikenal
masyarakat kota kembang ini. Suasana taman itu sangat ramai. Di tengah
kesenangan kami itu, si Santi saat itu menagih syarat.
“eh, gimana tadi siomay-nya. Enak ????“ kata Santi.
“eenakk banget san, tapi lebih enak kalo kita berdua
pacaran.” ujarku.
“duuchh, lho itu Ram. Eh,paling kalian lupa sama syaratku
tadi” ucap Santi
Rino lantas menjawab,“enak aja, kita tidak
lupa kok. Emangnya lo kira kita udah pikun.Apa syaratnya ???”
“Syaratnya adalah, kita bertiga
berpetualang ke rumah gedongan itu. Soalnya aku masih penasaran akan kejadian
kemarin itu. Gimana, mau gak kalian ?” ujar Santi.
Raut
wajah Rino seketika menjadi pucat dan menampakan ekspresi bertanya-tanya. Kalau aku lihat si mereka
tidak akan mau namun bagaimana lagi, kan mereka udah janji tadi.
“Besok ya, kita ke rumah gedong itu???
Mumpung besok gak ada kuliah malam.” kata Santi
“ Gila loe San, besok kan malam jumat kliwon” bantahku.
“Jangan besok San, plis…..” kata si Rino.
“pokoknya gak bisa !!!!!!! gue penasaran tau’” pinta Santi dengan suara keras dan mata melotot.
“ Gila loe San, besok kan malam jumat kliwon” bantahku.
“Jangan besok San, plis…..” kata si Rino.
“pokoknya gak bisa !!!!!!! gue penasaran tau’” pinta Santi dengan suara keras dan mata melotot.
“baiklah,sebagi lelaki
sejatimu aku mau San. Tapi si Rino gimana ????” ucapku.
Rino pun menjawab “
jangan lah San, udah tau kan kalo kemarin kita udah kayak gitu. Masak sih lho
gak kapok-kapok.”
“egak lah No, Udah ikut aja. Lho
kan cowok lagian kita kan sahabatan.” Ucap Santi
Setelah
lamanya kami disana, akhirnya kami memutuskan untuk tetap ke rumah gedongan itu
besok hari. Dan kemudian kami pulang ke kostan masing-masing dan Santi berpesan
kepada ku dan Rino agar tidak
mengingkari janji.
***
Keesokan
harinya sehabis pulang dari kuliah, kami langsung bertolak ke kostan kami dan
segera bergegas pergi ke gedongan itu dengan berjalan kaki. Peralatan yang kami bawa
senter,
makanan biasalah rino suka kelaparan, kitab suci, kamera, dan apapun yang kami perlukan. Sebelum kami masuk ke rumah itu kami
membaca basmalah agar selamat. Kami baru masuk di pintunya, bulu kudukku semua
sudah berdiri pertanda rumah ini sangat angker dan banyak mahluk ghaibnya.
Memang rumah ini sangat besar namun sudah lama tak ditempati jadi udara di
dalamnya pengap dan atap rumahnya sudah pada rusak. Tiba-tiba ada bunyi,,,,,,
“tolong ,,,, tolong ,,,”“suara apaan tu Ram?” Tanya Santi.
“TV kali,,,” candaku dan
kemudian aku berkata “jika kamu memang ada tampakkanlah wujudmu dihadapan kami
wahai makhluk penunggu rumah ini”.
Kemudian sebuah
kain putih muncul dari balik pintu dan disertai bau anyir. Tampaklah seorang
gadis berambut panjang dan berkata,
“Ada apa kalian kesini??” Tanya makhluk itu.
“Ka…. Ka… ka kam kam kami
kesini hanya ingin mencari tahu tentang kebenaran akan adanya hal gaib di rumah
ini” jawab
Santi dengan terbatah-batah.“Kamu sebetulnya siapa ??” tanyaku .
“Akulah sang Pemilik Rumah ini” kata mahkluk itu.
Aku dan Santi semakin merinding dengan adanya hal itu. Jadi, nyesel aku nantangin mahkluk itu. Karena melihat wanita yang ternyata hantu, kami segera berlari menuju pintu untuk keluar. Tapi pintu itu tiba-tiba tertutup dan terkunci dari luar dengan sendirinya. Kami berusaha lari ketempat yang bisa dipakai sebagai jalan keluar, namun kami menemui kendala. Semua akses jalan keluar tertutup rapat dari luar. Kami panik mencari jalan keluar ataupun tempat untuk berlindung. Aku, Santi dan Rino komat kamit membaca bacaan ayat-ayat suci berharap mahkluk itu bisa kepanasan dan pergi menjauh dari kami. Kemana pun kami pergi selalu saja mahkluk itu bisa menjumpai kami. Akhirnya timbul lah rasa putus asa dibenak pikiran kami. Aku berinisiatif untuk berbicara kepadanya.
“apa maumu wahai wanita penunggu rumah ini?”. Ucap kami.
“Aku hanya ingin dimakamkan dengan layak” ujarnya. “
Baiklah aku akan
mencari jasadmu” kataku.
“Sebelumnya aku
berterimakasih kepada kalian” cetusnya. Lalu mahkluk itu pergi.
Lalu
kami bertiga mulai mencari mayat mahkluk wanita tersebut. Di sebuah gudang
bekas meubel terdapat tumpukan kayu-kayu
yang telah termakan usia. Di sana kami mencium aroma busuk seperti bangkai. Kami mulai menggeledah
isi gudang tersebut. Gudang itu sangat gelap, lembab dan penuh dengan debu yang
menghiasi gudang tersebut. Di dalam sana kami mencari jasad wanita juragan meubel yang telah
bunuh diri itu. Sebuah tumpukan kayu yang mencurigakan. Kami ingin tahu apa yang ada di dalam
tumpukan itu. Bau busuk menjadikan kami semakin yakin
bahwa tumpukan itu berisi jasad si juragan meubel yang telah tewas itu. Kami temukan sebuah tongkat besi yang kami
temukan di sekitar tumpukan kayu yang membantu kami mengorek tumpukan itu.Satu persatu kayu tumpukan itu bisa terpisahkan. Kain putih kotor yang bernoda merah seperti darah tampak muncul dari dalam tumpukan yang telah kami korek itu.
Perlahan-lahan
kain putih itu berubah menjadi sebuah gundukan yang mencurigakan. Dengan tangan
gemetar gundukan itu aku buka dan betapa kami terkejut saat kami mendapati gundukan itu berisi wajah dan tubuh seorang
yang kami curigai sebagai juragan yang tewas karena bunuh diri itu. Namun kami
mencurigai adanya sebuah luka seperti tusukan di punggung atas sebelah kanan
yang berlumuran darah yang telah mengering. Baru kami sadari
wanita itu tidak tewas bunuh diri ternyata wanita tersebut telah di bunuh oleh
seseorang yang tidak kami ketahui. Kami bingung mencari sesuatu alat untuk
menggali tanah. Aku menemukan sebuah sekop meskipun sudah berkarat dan termakan
usia tapi masih bisa di gunakan untuk menggali tanah. Aku mempunyai ide untuk
menggali tanah di taman belakang rumah gedongan tersebut. Aku, Rino dan Santi
menggali tanah hingga selesai membutuhkan waktu 3 jam lebih dan pada saat itu
jam sudah menunjukan jam
2 dini hari.
“ Ram, apa kita setelah memakamkan wanita ini kita bisa keluar dari rumah ini ? “ Tanya Rino yang
sudah putus asa. “ gue juga gak tau Rin, menurut loe gimana ?” ujarku. “ e,,,
loe ini gue tanya malah tanya balik, gimana sih loe ?? kita coba sajalah, mungkin
kita bisa keluar dari sini”
kata Rino. “iyalah maka dari itu lebih cepat agar kita bisa cepat pulang dan tidur” jawabku. Kami bekerja sama
mengangkat tubuh wanita
tersebut meskipun Santi muntah-muntah karena tidak tahan dengan aroma busuk
dari jasad tersebut. Setelah itu kami makamkan jasad wanita tersebut dengan
layak dan tidak lupa kami doa kan. Santi pun mengajak aku dan Rino agar
cepat-cepat untuk keluar dari rumah gedongan itu. Namun saat tiba di depan
pintu, pintunya tetap tidak bisa di buka.
“ Ram, ram, ram gimana ni ?? kita tetap saja tidak bisa keluar“ ujar Santi sambil menangis. “ sabar San ! , pasti
kita bisa keluar dari rumah
gedongan ini. “ dengan tidak sabarnya akhirnya aku menendang pintu tersebut “
brokz , pintunya masih rapat-rapat tertutup dan aku coba sekali lagi brok akhirnya pecah juga ni
pintu. Pikirku kenapa kok gak gue coba ya dari tadi. Tertawa sendiri dalam pikiranku hahaha. Kami bertiga pun
pulang ke kostan kami. Aku sampai kostanku jam 4 pagi aku pun tidak langsung
tidur lebih baik menunggu waktu adzan subuh . setelah selesai sholat aku pun
tidur dan setelah bangun tak kurasa ku bangun jam 2 siang. Tak ada yang
membangunkanku sama sekali. Semua kisah petualangan kami bertiga itu tidak kami ceritakan ke siapa
pun, karena kami tidak mau berurusan dengan hal tersebut lebih panjang lagi.
***
Cerita yang beredar di masyarakat tentang majikan pemilik meubel tersebut
yang konon katanya majikan tersebut tewas bunuh diri dan arwahnya
bergentayangan mengitari rumah tersebut. Kami telah membuktikan bahwa majikan
wanita tersebut telah tewas di bunuh oleh seorang yang tidak di kenal. Aku,
Rino dan Santi telah sepakat agar tidak menceritakan pengalaman kami ke siapa
pun sampai akhir hayat. Biarlah mistis tetap menjadi mistis.
No comments:
Post a Comment